Selasa, 27 Maret 2012

TUGAS PERILAKU KEORGANISASIAN BAB 4

PERILAKU ANTAR KELOMPOK DAN MANAJEMEN KONFLIK I DAMPAK KONFLIK TERHADAP MANAJEMEN Dampak konflik terhadap manajemen adalah terjadinya persaingan intern, kurangnya kerja sama serta sulitnya menyatukan pendapat atau pikiran sehingga hasil tidak maksimal. Persilisihan yang terjadi tidak baik, karena dapat merugikan suatu manajemen tersebut, dapat terjadinya berbagai macam kesalahan dan saling menjatuhkan antar rekan kerja. II Sumber Konflik antar Kelompok Konflik di antara kelompok terjadi pada semua tingkat dalam organisasi sosial. Faktor utama terjadinya konflik di antara Rattlers dan Eagle. 1. Persaingan Persaingan terjadi karena pada dasarnya kelompok akan lebih suka “mempunyai” dari pada “ tidak mempunyai”, dan karena itu mereka mengambil langkah perencanaan dalam mencapai dua hasil, mencapai tujuan yang diinginkan dan mencegah kelompok lain mendapatkan tujuannya. 2. Pengelompokkan Sosial Dalam belajar mereka memahami lingkungan sosialnya dan menggolongkan objek yang hidup dan tidak hidup. Tajfel mengusulkan bahwa “hanya permasalahan pribadi untuk dua kelompok yang nyata hanya itu, pengelompokkan sosial-cukup diskriminasi antar kelompok.” Dua dasar kategori sosial adalah (1) anggota kelompok, dan (2) anggota kelompok lain (Hamilton, 1979). Walaupun pengelompokkan sosial ini menolong orang memahami lingkungan sosialnya, Tajfel (Tajfel & Turner,p. 38) mengusulkan bahwa ”hanya pemahaman pribadi untuk dua kelompok yang nyata hanya itu, pengelompokkan sosial-cukup diskriminasi antarkelompok”. Tajfel menyebut kelompok kecil ka arena (1) Anggota pada kelompok yang sama tidak pernah bergaul dalam keadaan tatap muka, (2) identitas di dalam kelompok dan di luar kelompok anggota tetap tidak tahu, dan (3) bukan keuntungan ekonomi perseorangan yang bisa terjamin dengan mengizinkan banyak atau kurangan uang pada keterangan individu. Intinya, kelompok adalah ”kognitif murni”; mereka hanya ada pada pikiran mereka sendiri. 3. Penyerangan antara Kelompok Dari beberapa tindakan negatif atau buruk dalam kenyataannya merupakan ancaman bagi kelompok mencapai pertengkaran, tindakan tersebut berawal dari penghinaan suku etnik budaya, memasuki wilayah kekuasaan kelompk lain tanpa izin atau pencarian properti geng lain (Gannon, 1966;Yablonsky, 1959). B. Konsekuensi Konflik antar Kelompok Konsekuensi antar kelompok ini disarankan agar tidak dikhususkan untuk kelompok saja, tapi beberapa konflik sejenis nisa menciptakan sejumlah perubahan yang dapat diperkirakan yang melibatkan kelompok. Secara umum, ada dua reaksi dasar yang terjadi. Yang pertama, perubahan dalam tim menciptakan peningkatan kekompakkan atau rasa solidaritas, penolakan terhadap tim lain, dan diferensiasi tim yang semakin hebat. Kedua, konflik antar tim tampaknya dapat menciptakan salah sangka atas motif dan kualitas anggota tim lain. Prinsip konsekuensi konflik antar kelompok mencakup : • Proses perubahan dalam kelompok 3 • Konflik dan kekompakkan (solidaritas) • Konflik dan pemolakan kelompok lain • Konflik diantara kelompok • Perubahan-perubahan dan persepsi yang terjadi dalam kelompok • Kesalahan persepsi dan pemikiran bayangan (terbalik) • Gambaran musuh yang kejam • Gambaran kelompok bermoral • Gambaran kekuatan kelompok • Bayangan terbalik • Stereotif C. Pengurangan konflik Intergroup Untuk mengurangi konflik yang yang terjadi antar kelompok dapat dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut : 1. Hubungan intergroup Sherifs mempertimbangkan untuk membawa anggota dua kelompok bersamasama dalam beberapa aktivitas kelompok menyenangkan dengan harapan akan menghasilkan ikatan intergroup. Suksesnya hubungan sebagai alat untuk mengurangi konflik intergroup akan tergantung pada apa yang terjadi sepanjang hubungannya sendiri. 2. Kerjasama antar kelompok Sherif membairkan keleluasaan kepada kelompok-kelompok untuk saling berhubungan dengan dengan caranya masing-masing.karena survei membuktikan bahwa hasil yang lebih tinggi aka dicapai oleh kelompok-kelompk yang bekerjasama dan membentuk sebagai regu. Setiap kelompok yang sedang berselisih harus dapat bersamasama mencari jalan keluar yang bersifat tidak saling merugikan, supaya bisa bersma-sama mencapai hasil yang memuaskan dan tentu saja yang memang diharapkan oleh kelompkkelompk tersebut. Sherif beroendapat sebuah kelompok harus dapat menciptakan kepercayaan antara kelompok-kelompok tersebut. Membangun kepercayaan ini adalah salah satu langkah dalam sistem pengurangan konflik diantara masyarakat. III KONSEKUENSI KONFLIK DISFUNGSIONAL ANTAR KELOMPOK konflik disfungsional (Dysfunctional Conflict). Konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok. Menurut Robbins, batas yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional sering tidak tegas (kabur). Suatu konflik mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi tidak fungsional di waktu yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat meningkatkan kinerja kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik tersebut dikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik tersebut disfungsional . IV. Pengelompokan konflik antar kelompok Pengelompokan konflik antar kelopok adalah : a. Konflik antar keluarga Konflik antar keluarga biasa terjadi karena masalah besar atau kecil. Contohnya seperti anak yang melawan atau melanggar peraturan dirumah, atau kebiasaan dirumah yang dilakukan. b. Konflik antar gank Konflik ini merupakan konflik yang terjadi antara satu kelompok dengan satu kelompok atau lebih. Biasanya terjadi dengan mewujudkan keinginan seperti ingin menguasi suatu daerah, menginginkan kekuasaan, serta menguntukan yang ditempati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar